Kalimantan Selatan, sesuai dengan namanya adalah provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Kalimantan. Memiliki ibu kota provinsi dengan julukan sebagai kota seribu sungai, Banjarmasin. Bukan hanya sungai yang banyak ditemukan pada provinsi ini, namun juga sering kali kita temukan lahan rawa. Potensi sebaran rawa di Kalimantan Selatan dimulai dari yang terluas adalah rawa pasang surut 1.032.184 ha (49,08%), rawa gambut 800.257 ha (38,05%) dan rawa lebak 270.547 ha (12,87%) (Dwi Hatmoko, Maulia Aries, dan Khairul Anwar. 2007).
Lahan rawa pada daerah Kalimantan Selatan banyak ditumbuhi berbagai jenis tanaman liar. Lahan ini juga berpotensi sebagai tempat pengembangan budidaya ikan jenis lahan rawa. Tanaman hias yang dapat tumbuh subur pada lahan rawa tersebut salah satunya adalah tanaman hias Bunga Teratai. Bunga Teratai ini banyak ditemukan pada daerah-daerah lahan rawa dan genangan–genangan air.
Tanaman ini sangat unik dan menarik, baik dari struktur tumbuhan maupun corak warna yang dimilikinya. Bunga ini dapat mekar pada sore hari dan juga dapat pula menguncup sendiri akibat dari rangsangan sinar matahari
Gambar 2. Biji teratai Nympheae pubescens Willd (a), Tepung biji teratai Nympheae pubescens Willd (b)
Biji Teratai juga dapat dicampur dengan serealia atau tanaman biji-bijian lain dan dijadikan sebagai bahan pembuat kue dan makanan ringan. Di Filipina dan India, biji teratai diaplikasikan dalam bentuk tepung untuk bahan pembuatan roti (Sastrapradja dan Bimantoro 1981 dalam Nuraini 2007).
Penulis: Ahmad Faizal Fajar Sunarma, Universitas Lambung Mangkurat, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Teknologi Hasil Perikanan.
Sumber :
Chopra, R.N., Nayar, S.L. and Chopra, I.C. (1956). Glossary of Indian Medicinal Plants.
Council of Scientific Industrial Research, New Delhi, India.
Fitrial,Y. 2009Analisis Potensi Biji Dan Umbi Teratai (Nymphaea pubescens Willd)Untuk Pangan Fungsional Prebiotik Dan Antibakteri Escherichia coli Enteropatogenik K1.1 [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Khairina, R, I. K. Khotimah, & E. S. Rahayu. 2007. Potensi Tape Biji Teratai (Nymphaea sp) Sebagai Makanan Fungsional. Penelitian Kerjasama Antar Perguruan Tinggi (Hibah Pekerti). Departemen Pendidikan Nasional Lembaga Penelitian Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Perkanan, Banjarbaru.
Khairina, R. dan Y. Fitrial. 2002. Produksi dan Kandungan Gizi Biji Teratai (Nymphaea pubescens Willd) Tanaman Air Yang Terdapat Di Hulu Sungai Utara. Jurnal Ilmiah Fakultas Pertanian. Hal. 77-88. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Liu, C.P., Tsai, W.J., Lin, Y.L., Liao, J.F., Chen, C.F. and Kuo, Y.C. (2004). The extracts from Nelumbo nucifera suppress cell cycle progression, cytokine genes expression, and cell proliferation in human peripheral blood mononuclear cells. Life Sciences 75: 699-716.
Marianto LA. 2001. Tanaman Air. Jakarta: Penerbit PT Agro Media Pustaka.
Nuraini, A. D. 2007. Ekstraksi Komponen Antibakteri dan Antioksidan Dari Biji Teratai (Nymphaea pubescens Willd). Skripsi Departemen Ilmu dan tenologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pertanian Bogor. Dwi Hatmoko, Maulia Aries, dan Khairul Anwar. 2007. Potensi Sebaran Lahan Rawa Berdasarkan Luasan Tipologi dan Tipe Luapan Di Kalimantan. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (BALITTRA), Kalimantan.
Sastrapradja dan Bimantoro. 1981. Tumbuhan Air. Lembaga Biologi Nasional – LIPI Bogor.
|
sumber : http://beranda.miti.or.id/?p=562
0 comments:
Post a Comment